Rabu, 02 Desember 2009

DISKURSUS TENTANG RUH

Penyaksian ini diawali atas kemampuan hamba sebagai integritas utuh al basyar (fisik,prilaku dan ruh) pada alam wujud mulai dari penglihatan bentuk wujud dirinya hingga wujud alam semesta, dengan penekanan la ilaha illallah, kemudian penyaksian pada wujud dan nirwujud yaitu penglihatan wujud dirinya dan alam semesta dengan i’tikad prilaku (psikis) saat berkomunikasi dengan qalbnya melalui penekanan la ilaha illahuwa, lantas kemudian ketika penguasaan diriny penuh dengan liputan qalbnya dimana peran aql lebih banyak didominasi oleh kesadaran qalb sebagai spiritual sadar dengan penekanan la ilaha illa Anta.

Pembahasan ruh memang merupakan seuatu pembahasan yang penuh dengan misteri, sehubungan dengan informasi atau literature yang tidak begitu banyak dan mendalam karena beberapa asfek mendasar, dimana yang paling utama adalah obyek yang dijadikan sebagai bahan eksperimentasi, sementara peralatan canggih untuk melakukan penelusuran begitu terbatas, alat ukur canggih sekalipun mulai dari pengukuran saat seseorang tidur maupun saat seseorang dalam keadaan menghadapi sakaratul maut misalnya, ternyata tidak mampu memberikan indikasi positif ketika bobot berat badan dijadikan variable sebagai obyeknya, dimana ada harapan bila seseorang melepaskan nyawanya dan ruh keluar dari jasad akan diketahui melalui perubahan berat badan, ilmu pengetahuan ekperimental yang bekerja secara linier dalam menelusuri hal ini akan dihadapkan pada sifat misterius karena dihadapkan pada keyakinan – keyakinan postulat menjadi keyakinan mistik – asumsi mistik ini karena ketidak nyambungannya ilmu pengetahuan dengan ruh – Bahwa berat badan seseorang yang telah meninggal justru bukan diyakini oleh keadaan material tetapi juga berhadapan dengan keyakinan amaliyah yang dilakukan orang tersebut disaat hidup, lantas jika amaliyah dijadikan indicator sebagai instrument penelitian eksperiment lantas sejak kapan eksperimatasi ini dimulai apakah sejak lahir, remaja, dewasa atau setelah pikun, itu akan menjadi beberapa pertanyaan yang jawabannya tentu akan turbulen tidak lantas muncul secara linier, karena hal tersebut akan didasarkan pada keyakinan pengetahuan Tuhan (Allah).

Untuk itu pembahasan dalam tulisan ini akan memberikan warna yang cukup kental dengan nilai subyektifitas dengan dominansi psikologisme dan garis demarkasi yang memberikan keragu – raguan (skeptis), namun demikian kitab suci Al – qur’an dan self experience mencoba berbicara dengan menggabungkan beberapa penafsiran pada ayat – ayat suci dalam al – qur’an. Tidak ada yang tahu seorangpun, kapan mulai diciptakannya ruh, karena tidak ada keterangan yang pasti dan jelas berkenaan dengan informasi dan pengetahuan seputar mulai diciptakannya ruh, karena ruh itu ada jauh sebelum manusia itu dilahirkan dan itu menjadi rahasia Nya. Zakariya berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua".Tuhan berfirman: "Demikianlah". Tuhan berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali".(Qs Naryam 8 – 9), kalimat “sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu” ditafsirkan bahwa sesungguhnya ruh yang menjadi inti kehidupan anak Zakaria termasuk dia sebenarnya sudah ada sebelum diciptkannya Nabi Zakariaya dan ini menjadi rahasianya, disisi lain pembahasan ruh ini juga memiliki makna tentang keterbatasan manusia, dimana manusia tidaklah diberi pengetahuan tentang ini kecuali sedekit saja, “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".(Qs Al Isra 85). Dr Abd al Basith Muhammad menyatakan “ ayat diatas mengindikasikan bahwa teramat sulit bagi manusia untuk memahami ruh, sebab ruh itu sendiri lebih besar dari kapasitas ilmu dan akal …. Pertanyaan – pertanyaan tentang substansi ruh telah ada sejak lama, akan tetapi ilmu manusia itu terbatas, probabilities akal yang terbatas tidak bisa menjangkau sesuatu yang berada diluar batas probabilitasnya, namun demikian agama menganjurkan agar kita berpikir dan merenungkan ayat – ayat Allah dan ciptaannya”.

Hal ini senada dengan sabda rasulullah “ Pikirkanlah oleh kalian ciptaan Allah, dan janganlah sekali – kali kalian memikirkan ZatNya sehingga kalian binasa”. Yang menjadi pertanyaan dalam pembahasan disini apakah ruh itu DzatNya atau bukan, kalau ruh itu juga bagian dari DzatNya maka pembahasan ini berhenti dengan mempertimbangkan sabda diatas dan firman Allah sebagai berikut “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.(Qs Al Baqoroh 186), dengan ayat dan hadits diatas maka itu menjadi harga mati bagi kita untuk tidak melanjutkan pembahasan tentang ruh bila itu merupakan bagian dari DzatNya, namun bila ruh itu merupakan makhluqNya maka dengan melihat Al Isra 85, maka ada sedikit kesempatan bagi kita untuk memperoleh sepintas pengetahuan tentang ruh, walaupun misalnya, hal tersebut sebatas cara kerja ruh ketika dia bersentuhan dengan Dia dan bersentuhan dengan qalb manusia. Ibn Taymiyyah berkata “ Seluruh kaum salaf dan ahlussunnah sepakat bahwa ruh Bani Adam tergolong makhluq “.

Pada sisi ini mari kita melihat beberapa pendapat dan pandangan para ulama berkenaan dengan ruh, Ibn Khaldun mengatakan tentang keutamaan aql“ aql adalah timbangan yang benar, hukum – hukum aql meyakinkan dan tidak dikotori oleh dusta, hanya saja, tidak banyak yang diketahui oleh aql, keterbatasan pengetahuan aql seumpama seseorang laki – laki yang melihat timbangan emas, lalu berkeinginan untuk menggunakannya menimbang gunung.” Melihat pandangan Ibn Khaldun berarti ada pendekatan untuk mencapai kebenaran tentang pemahaman ruh, namun keterbatasan pengetahuan aql seumpama seseorang laki – laki yang melihat timbangan emas, lalu berkeinginan untuk menggunakannya menimbang gunung, dengan demikian sedikit pengetahuan yang diperoleh aql berkenaan dengan ruh masih memberikan ruang yang leluasa untuk dilakukan pengkajian lebih lanjut dan lebih kental dengan nusansa kenisbian, bila kalimat “dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit “ adalah ditujukan pada sedikitnya orang yang diberi pengetahuan berdasarkan kehendak Allah, maka Nabi Muhammad sepertinya salah seorang dari orang yang diberi pengetahuan melainkan sedikit, jika itu maksudnya, maka ada orang – orang tertentu yang diberikan pengetahuan oleh Allah berdasarkan kehendakNya, hanya kualitas tauhid dan tingkatan Akhla ul karimah – Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.(Qs Al Mulk 12) – sebagai orang – orang yang takut kepada Allah akan merahasiakannya dengan rasa takutnya kepada Allah dengan harapan memperoleh ampunan dan pahala yang besar, dan ini menjadikan orang seperti itu tidak eksposif dalam mewartakan pengetahuan termasuk tentang ruh dan salah seorang yang memiliki itu adalah termasuk Nabi Muhammad SAW. Pada sisi ini Ibn ul Qoyyim menyatakan “ … ruh mengandung makna lebih spesifik dari semua ini, yaitu kekuatan makrifat terhadap Allah SWT, penyerahan diri kepadaNya, kecintaan terhadapNya, dan pancaran himmah pada permohonan dan kehendaNya. Itulah ruh yang dipertautkan pada para wali (ahl ul wilayah) dan orang – orang yang menaatiNya.” Bila pengetahuan ruh itu didasarkan pada kalam “, penyerahan diri kepadaNya, kecintaan terhadapNya”, maka kita teringat pada ungkapan Ali Bin Abi Thalib yang menyatakan kurang lebih bahwa “ seseorang yang senantiasa berdzikr kepada Allah maka dia bangkit dari kematian, karena ruhnya telah hidup” bila berdzikr dapat menghidupkan ruh seseorang maka Dr. Abd ul Basith Muhammad menyatakan “ perbedaaan pada masing – masing orang dalam hal kepemilikian ruh seperti ini menjadi kontras, diantara mereka ada yang ruhnya menjadi dominant sehingga ia menjadi rahaniawan, bahkan ada diantara mereka yang kehilangan ruhnya, sehingga tak ubahnya menjadi binatang ternak dibumi ini.

Melihat pernyataan tersebut maka ruh menjadi satu kesatuan ketika Tuhan meniupkan ruh Nya pada mudgoh yang kejadiannya telah disempurnakan menjadi badan “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, … (Qs Al Hijr 29). RuhKu (minrruuhii) pada kata ini ada yang menafsirkan ruh itu milik (ciptaan) Allah, namun demikian ruh itu bersifat kekal sebagaimana pemilikNya hal ini dikatakan oleh Ibn Sina “ketahuilah bahwa substansi manusia (ruh) yang sebenar – benarnya tidak akan hancur setelah ia meninggalkan dunia, dan tidak akan rusak setelah ia meninggalkan badan. Ia akan tetap ada, sebab Yang Maha Menciptakannya Maha Kekal dan Mahaabadi. Hal itu karena substansi ruh lebih kuat dari pada substansi badan. Lain dari itu, ruh itulah yang menggerakan badan, mengatur dan menhuasainya. Maka badan yang terpisah darinya mengikuti instruksi – instruksinya.”. Pada posisi ini Ibn ul Qoyyim menyatakan “ Sesungguhnya ruh adalah jisim yang berbeda dengan esensi jisim indrawi ruh, ruh adalah jisim nurani yang tinggi dan lembut, hidup dan menggerakkan, menembus substansi organ – organ dan mengalir didalamnya sealiran air dikelopak bungan mawar, sealiran minyak dalam buah zaitun, dan api pada batu bara, selama organ – organ tersebut masih dipandang cocok untuk menerima pengaruh yang tercurah pada jasad yang lembut akan memberikan stimulant pada indra dan gerak keinginan. Namun, jika organ – organ yang ada sudah rasak dan tidak bisa menerima pengaruh itu, ruh pun akan meninggalkan badan dan berpindah kealamnya, yaitu alam ruh.”. maka dengan demikian ruh memiliki badanya tersendiri yang berbeda dengan badan fisik (basyar). Disini Ibn Miskawayh menyatakan “ kematian tidak lebih dari sekadar berhentinya ruh menggunakan alat – alatnya – yaitu organ – organ yang keseluruhannya disebut badan (basyar) – tak ubahnya sesorang tukangannya”. Muhyi Al Din Ibn ‘Arabi menyatakan “ Ruh adalah essensi yang lembut serta tidak membutuhkan makanan”. Sementara Abd ul Qodir Al Jilani menyatakan bahwa “ makanan ruh adalah dzikrullah”. Dengan demikian ruh memiliki badan tersendiri namun bersifat halus dan lembut dengan makanannya adalah dzikrullah (Ali Bin Abi Thalib dan Abd ul Qadir Al Jilani) dan Dr Abd ul Basith Muhammad menyatakan dalam kesimpulannya“tentang wujud ruh, seluruh pemikir muslim mufakat bahwasannya ruh merupakan jawhar atau substansi yang berbeda dengan substansi badan”. Termasuk penulis sepakat untuk menyatakan ruh adalah substansi, namun demikian bagaimana cara kerja ruh yang hidup karena berdzikr mendapatkan sinyalement dan informasi dari Tuhannya ketika dia akan menginstruksikan basyarnya tempat dia berada sebelum kematian memisahkan ruh dengan basyar. Melihat pernyataan Ibn Qoyyim diatas “Sesungguhnya ruh adalah jisim yang berbeda dengan esensi jisim indrawi ruh, ruh adalah jisim nurani yang tinggi dan lembut, hidup dan menggerakkan, menembus substansi organ – organ dan mengalir didalamnya sealiran air dikelopak bunga mawar, sealiran minyak dalam buah zaitun, dan api pada batu bara, selama organ – organ tersebut masih dipandang cocok untuk menerima pengaruh yang tercurah pada jasad yang lembut akan memberikan stimulant pada indra dan gerak keinginan. Namun, jika organ – organ yang ada sudah rasak dan tidak bisa menerima pengaruh itu, ruh pun akan meninggalkan badan dan berpindah kealamnya, yaitu alam ruh”. Untuk itu marilah kita kaji lebih lanjut tentang pernyataan Ibn ul Qoyyim tersebut mengingat, pada keadaan ini terjadi arus insfomasi yang dilakukan oleh ruh pada – cocok untuk menerima pengaruh yang tercurah pada jasad yang lembut akan memberikan stimulant pada indra dan gerak keinginan – jasad.Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas. Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar (tersebut) dalam Kitab-kitab orang yang dahulu. Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya? Dan kalau Al Qur'an itu Kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab, lalu ia membacakannya kepada mereka (orang-orang kafir); niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya. Demikianlah Kami masukkan Al Qur'an ke dalam hati orang-orang yang durhaka. Mereka tidak beriman kepadanya, hingga mereka melihat `azab yang pedih, maka datanglah `azab kepada mereka dengan mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya, (Qs Asy Syuu’raa 192 – 202).Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.(Qs Al ‘Araf 205) Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.(Qs Al Isra 25)
Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kamu (musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.(Qs An Najm 1 – 18).

Sabtu, 28 Februari 2009

PADUAN RASA

Ketika Penglihatan, pendengaran dan pengetahuan berpadu dalam rasa, nafas menjadi tangga naik turun mengingatNya, tentu tak ada lagi bedanya siang dan malam tidur dan melek, yang ada adalah keindahan jalan menyusuri alam semesta raya menuju keharibaan Nya.

Sabtu, 12 Juli 2008

MEMILIH JUJUR

Akhir - akhir ini kejujuran menjadi sifat manusia yang dipertanyakan keberadaannya, masih adakah kejujuran. setiap orang akan merasakan kesulitan untuk menampilkan sifat jujur, apalagi ketika jujur itu akan mengakibatkan penekanan pada orang yang akan jujur, dia akan dihadapkan pada kekhawatiran jika berbuat jujur akan berimplikasi negatif pada dirinya, namun ternyata jika kita maknai "kejujuran" dan kita menjalankan hidup ini dengan "kejujuran" maka penekanan tersebut merupakan keteguhan untuk tetap hidup dalam substansi memilih hidup positif dan dalam islam dengan kejujuran merupakan ujian untuk tetap tawakal kepada Nya artinya dia akan semakin dekat dengan Nya dan bersifat jujur ini merupakan implementasi dari dzikr kepadaNya.

SANDARAN HIDUP

Setiap hari kita beraktifitas, kebugaran dan kesenangan diharapkan terus untuk menghampiri diri kita, seakan - akan kita akan hidup seribu tahun lagi. namun demikian ditengah perjalanan menuju ribuan tahuan yang diharapkan kita akan dihadapan pada energi fisik dan jiwa kita, kelelahan menghampiri kita, sesuatu hadir seakan memberikan daya tenang bagi kita kemudian kita refresh dan beraktifitas terus dan terus begitu dari hari ke hari, hingga suatu saat kita dihadapkan pada pertanyaan, ... adakah sesuatu yang dapat memberikan energi kesegaran setiap hari pada fisik dan jiwa ini ... yang terus menerus ... tanpa pernah kehilangan daya ... saat itu kita mengharapkan daya kekuatan yang terus menghampiri ... apakah itu Tuhan ... silahkan renungkan ... tentu sesuatu itu diharapkan menjadi tempat sandaran untuk untuk beraktifitas dalam kehidupan ini.

Jembatan Yang Lurus

mari berjalan dalam jembatan kehidupan sebagai lengkah hidup menuju masa depan yang cerah dalam perlindungan kekuatan yang tak terbantahkan

Kamis, 22 Mei 2008

KEINDAHAN HIDUP

Keingingan selalu muncul dari benak kita, hal ini karena manusia memiliki dasar kecintaan pada keindahan, dan semua orang berharap hidup ini menjadi indah. dan setiap keindahan didepan mata kita selalu ingin kita miliki, perlukah itu ... ? jawabannya tidak perlu, karena ketika keindahan didepan mata, ketika menjadi milik kita, maka akan pudar nilai dan makna keindahan dalam perasaan kita. tetapi ketika kita biarkan keindahan itu, maka setiap kita lewat yang kita anggap indah akan tetap indah. tetapi ternyata keindahan yang sebenarnya ada pada diri kita, bila kita menghadapi pilihan hidup dengan memaknai dan merenungi serta menjalani kehidupan ini dengan penuh keyakinan ... dan anda akan mendapatkan keindahan yang sebenarnya.

MENGUASAI DIRI

Semua orang ingin memiliki kekuasaan ... hingga segala cara dilakukan ... ada yang dengan cara politik ... ada yang menggunakan harta ... ada yang menggunakan cara - cara kekerasan ... apakah dengan itu ... ? jawabannya tidak perlu, karena kekuasaan akan kita dapatkan ketika kita menguasai diri sendiri ... simak terus DAKORAM

KEKUATAN DIRI

Setiap orang selalu ingin memiliki kekuatan, dan semuanya mencari sampai jauh - jauh bahkan kekuasaan dianggap sebagai kekuatan, namun apakah itu akan memberikan kekuatan pada diri kita ... jawabannya belum tentu ... karena kekuatan yang sebenarnya ada dalam diri kita ... apakah itu ... silahkan simak artikel selanjutnya tentang kekuatan.

PILIHAN HIDUP

Setiap hari kita menghadapi sesuatu, dan sesuatu itu menyenangkan atau menjengkelkan, jika kategori menyenangkan adalah positif maka kategori menjengkelkan adalah negatif. Namun diantara keduanya harus kita pilih, dan kita akan memilih yang positif, namun apakah pilihan positif itu akan selamanya positif, jawabannya belum tentu. maka anda sudah tepat membuka situs ini ... Bila anda ingin mencari solusinya.